Hero inside us

"Making my way downtown, walking fast, faces pass and I'm home bound. Staring blankly ahead, just making my way, making a way through the crowd.........- Vannessa Carlton in Thousand miles -"


Lirik lagu itu terngiang di telinga saya ketika baru saja duduk di barisan kiri kedua dari belakang, seperti biasa saya pulang kerja dengan Bus favourite no 40, sore itu saya sengaja memilih bangku bagian kiri, karena semalam saya baru menyadari bus yang saya tumpangi itu selalu melintasi sebuah Restaurant Tibet, dan ada yang menarik dari Restaurant tersebut.

Bukan karena gambar makanan yang disajikan di Restaurant itu, tapi karena ada seorang wanita cantik berpakaian adat tibet berwarna merah yg unique, aku pikir " digaji brapa tuh sama restoran-nya, kerjaan-nya cuman berdiri didepan..", wajah wanita itu selalu menunduk.. ntah karena malu atau menyesal udah terima kerjaan seperti itu.., tapi itu hanya sekedar tebakan liar saya saja hehe...:p.

Tapi hari ini, saya malah lebih tertarik melihat seorang penumpang yang duduk tepat didepan saya, wanita berumur 40an itu sedang menunjuk-nunjuk ke arah langit2 bus, penumpang wanita yg duduk di sebelah kanan seberang saya juga ikut melihat gelagat aneh wanita paruh baya itu, lalu saya juga jadi ikut-ikutan melihat ke tempat yg ditunjuk itu, "gak ada apa-apa" pikirku, "ah... mungkin emang orang sinting aja kali..".
Lalu selang beberapa menit, wanita paruh baya itu mulai kejang-kejang sambil tetap menunjuk ke arah atas, dan badannya mulai menyamping seperti mau pingsan.

"Kesurupan nihh...??" pikirku mulai panik, penumpang wanita yg duduk di sebelah kanan seberang saya juga mulai kaget melihat keadaan wanita paruh baya itu. Dan keadaannya tiba-tiba makin aneh.., secara refleks saya bangun dari tempat duduk ku dan sudah tidak menghiraukan headset yang sudah terlepas dari telinga ku saat itu, saya langsung melihat keadaan wanita itu, begitu juga penumpang wanita sebelah kanan saya yang mendekat ke arah wanita paruh baya itu.

"Aunty..!! Aunty..!" panggil saya sambil berusaha menegakkan kembali posisi tubuh dia, wajah wanita paruh baya itu sudah mulai pucat, di mulutnya mengalir air liur, dan badannya terus mengejang seperti orang kesurupan.
Lalu penumpang yang lain baru menyadari kejadian ini, tetapi mereka hanya melihat dan terkejut dengan apa yang tengah terjadi. Ketika saya sedang berusaha menolong wanita paruh baya itu, ada 2 orang penumpang laki-laki pelajar sekolah, mereka segera mendekat dan berusaha menolong, lalu saya berseru ke captain bus nya agar segera menghentikan bus.

Seketika itu juga bus berhenti, dan captain bus itu langsung buru-buru mendekati saya dan bertanya "ada apa..??" , saya memberi tahu bahwa wanita ini tiba2 tidak sadarkan diri dan kejang-kejang, "apa yang bisa kita lakukan..!!?" tanyaku, " kita harus segera menelepon ambulan...!!" kata seorang dari pelajar itu, " yah... telp secepatnya.." kata saya. Ketika pelajar itu sibuk menginformasikan lokasi kejadian, saya terus berusaha membangunkan wanita paruh baya ini sambil sesekali menampar wajahnya agar sadar, captain bus saat itu sedang menelepon ke pusat dan memberitahukan kejadian ini.

"Ambulan akan tiba sekitar 7-10 menit lagi..!!" kata pelajar itu, "hah...!!?? lama banget..!" kataku, lalu tiba-tiba pelajar itu kembali berseru "kita harus melakukan CPR (Cardio-Pulmonary Resuscitation)" , yang bener aja... CPR sama "aunty-aunty"? *bayangin lagi cium aunty*, lagian setahu saya CPR hanya bisa dilakukan dalam status korban sudah berhenti bernafas, sedangkan wanita (aunty-aunty) ini masih bernafas, walau tidak beraturan. Dan detak jantungnya cukup cepat, cukup tidak normal sih...

bbrp menit kemudian....

"bus berikutnya sudah datang, bagi siapa yg ingin melanjutkan perjalanan silahkan pindah ke bus belakang" pengumuman dari kapten bus, lalu sekitar belasan penumpang turun dari bus, hanya tersisa 2 pelajar sekolah, seorang wanita berumur 30an lah, kapten bus, dan saya sendiri.
Saya sempat merasa kecewa dengan penumpang lain yg terkesan "emang gue pikirin", atau mungkin kebetulan saya duduk berada di belakangnya sehingga mau tidak mau yah harus menolong.

Akhirnya kami regu tim penolong *halaaah*... berusaha mencari ide lain utk menyelamatkan wanita ini, karena ambulan belum tiba. Seorang dari pelajar itu memberi ide cemerlang lagi, dia menyarankan saya utk memeriksa handbag wanita pingsan itu, siapa tahu ada obat atau pil-pil untuk penyakit aneh yg dideritanya. Nope..., di dalam tasnya tidak ada obat-obatan, lalu saya mengambil telepon seluler wanita tersebut dan menyuruh seorang dari mereka menelepon siapa saja yang tertera di dalam telepon address book.

Akhirnya pelajar cemerlang itu berhasil menghubungi kerabat yg paling dekat wanita pingsan itu, anaknya, dan anaknya memberi tahu ke kita utk memiringkan kepala wanita itu ke sebelah kiri, agar darah di otaknya bisa bekerja normal kembali, saya tidak mengerti, tetapi saya menuruti saja apa yang disarankan anaknya, dan kita juga sempat menginformasikan keberadaan atau lokasi kejadian itu, sehingga anaknya mungkin bisa segera datang.

Benar saja.., keadaan wanita itu berangsur-angsur pulih, "aunty..., bisa mendengar saya..?" tanya saya sambil melihat ke matanya, wanita itu mengangguk-angguk, " aunty.., bisa melihat saya ?" tanya saya lagi, wanita itu kembali mengangguk-angguk. syukurlah, itu artinya dia sudah mulai sadar.
Ambulan tiba di lokasi kejadian di saat wanita itu sudah hampir sepenuhnya sadar, dan ketika dokter memeriksa tekanan darahnya, wanita itu masih sempat kebingungan dengan apa yang terjadi, "ini gejala stroke.., tekanan darah cukup tinggi... dan ini sangat berbahaya" kata dokternya ke wanita tersebut, "dan anda harus ikut kami ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi anda..!" sambung dokternya.

Seberapa usaha dokter untuk meyakinkan wanita itu agar ikut ke rumah sakit, tetap saja wanita itu bersikeras untuk menolak, "saya baik-baik saja, ada apa ini...?" kata wanita itu, kami sempat kebingungan melihat tingkah laku wanita itu, seperti tidak terjadi apa-apa dengan dirinya.

Setelah kondisi wanita itu mulai normal, saya sempat ngobrol sebentar dengannya, "aunty..., tahu engga.. kalau tadi aunty pingsan dan kami semua panik." tanya saya, "aunty harus memeriksa diri ke dokter dan tidak boleh bepergian sendirian seperti ini..".
"kalau aunty tidak memperdulikan kondisi sendiri, setidaknya aunty harus memikirkan anak aunty yang khawatir.." kata saya sambil senyum, "iya..i.iya, terima kasih.. terima kasih" jawab wanita itu sedikit tegang. Lalu saya turun dari bus dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah dengan bus berikutnya.

What a day...! itu yg selalu ada dipikiran saya, setiba nya di rumah saya secara tidak sabar ingin menceritakan kejadian yang saya alami barusan ke teman-teman lewat cyber chat (yahoo messenger), dan beberapa dari mereka men--jiyee--jiyee -kan kejadian yang barusan saya alami, dan jujur.. saya sempat merasa bangga disanjung seperti itu, tetapi saya merasa malu sendiri jika dibandingkan dengan pelajar cemerlang yg berada bersama kami tadi di bus, dia terlihat lebih banyak mengeluarkan ide-ide untuk menolong. Jadi..., tanpa mereka, saya juga mungkin tidak bisa berbuat banyak.

Tapi akhirnya saya mendapatkan point dari kejadian ini, yaitu sebuah dorongan yang memungkinkan kita untuk menjadi hero tanpa kita sadari, maksudnya bukan untuk narsis ria, tapi memang refleksnya begitu bukan ?

Setidaknya saya mendapatkan pelajaran yang cukup berharga dari kejadian ini, dan saya percaya diluar sana juga masih banyak orang-orang yang mempunyai hati nurani untuk saling menolong dan melakukan tindakan atas dasar refleks, bukan terpaksa.

bie

Note :
percakapan yang terdapat di dalam blog sudah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, yang sebelumnya sudah tercampur aduk dari bahasa singlish (singapore english) dan mandarin dengan logat aneh.

Comments

Popular Posts